Rabu, 13 Januari 2010

Kisah Cinta Seekor Kupu-Kupu (unknow writer)

Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung. Mereka juga selalu bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap orang yang bertemu dengan mereka akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia.

Namun pada suatu hari, sang pria mengalami luka parah akibat sebuah kecelakaan tragis. Ia terbaring di atas ranjang rumah sakit dan beberapa malam tidak sadarkan diri. Siang hari sang wanita menangis tersedu, terduduk di depan ranjang kekasihnya, dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasihnya yang tak kunjung sadar.

Malamnya ia berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya bisa sembuh dan sehat seperti sedia kala. Air mata wanita itu hampir kering karena menangis sepanjang waktu. Waktu demi waktu berlalu, sang pria masih tetap tak sadarkan diri, sedangkan si wanita tetap dalam kesedihannya yang luar biasa, namun ia tetap bertahan. Hingga pada akhirnya di suatu hari, Tuhan terharu oleh keadaan wanita yg setia dan teguh itu.
Tuhan memutuskan memberikan wanita itu sebuah pengecualian. Malam hari pada sebuah percakapan di dalam doa, Tuhan bertanya kepadanya “Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu untuk menukar dengan kesembuhan kekasihmu?” Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab “Ya”. Tuhan berkata “Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?” Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti ia menjawab “saya bersedia!”

Hari telah siang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Ia sangat berbahagia karena melihat kekasihnya benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke kamar sang kekasih karena ruang itu disekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya yang sangat ia cintai, dan berharap ia menoleh untuk melihat seekor kupu-kupu yang sedang menatapnya berbahagia dengan keadaannya.

Beberapa hari kemudian, sang pria telah sembuh total. Namun ia sama sekali tidak berbahagia. Ia mencari-cari keberadaan sang wanita, namun tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan sang wanita tersebut. Wajahnya terlihat murung, dan ia menitikkan air mata, sang pria menganggap kekasihnya sudah meninggalkannya dan melupakannya. Namun, ia masih belum menyerah, sepanjang hari ia tidak makan dan tidak beristirahat, ia terus mencari kekasihnya yang sangat ia cintai.. Ia begitu rindu kepadanya, ia bertanya pada setiap orang yang lewat, ia memegang foto kekasihnya, dan terus bertanya sepanjang hari. Waktu demi waktu berlalu hingga ia merasa sudah waktunya ia menghentikan semuanya.

Sang kupu-kupu masih di sana melihatnya setiap hari, menghabiskan waktu mencari dirinya yang kini berwujud kupu-kupu. Ingin sekali rasanya ia berteriak, berlari, dan memeluknya serta mengatakan betapa ia mencintainya, betapa ia merindukannya. Sang kupu-kupu rasakan hatinya pedih dan menangis sejadinya dan nyatanya ia merasakan keadaan ini lebih menyakitkan.

Musim panas telah berakhir, berganti dengan angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Sang kupu-kupu masih terus menemui kekasihnya dan selama itu pula ia merasa tersiksa. Terkadang ia merintih di ujung taman kota dan ingin sekali agar Tuhan kembali mengubahnya menjadi manusia.

Musim kembali berganti, sang kupu-kupu tetap dalam kesendiriannya. Ia pergi ke tempat kekasihnya tinggal dan hinggap di atas bahunya. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil membelai halus wajah kekasihnya, menggunakan mulutnya yang mungil mencium lembut keningnya. Terselinap dalam hati sang kupu-kupu bahwa ia bersyukur menjadi seekor kupu-kupu yang selalu dapat terbang dan melihat kekasihnya kapanpun ia mau, menemani kesendiriannya, dan menghias lebut pemandangan kekasihnya dengan sayapnya yang indah. Musim kembali berganti, pada suatu hari ia terbang dengan riang berharap dapat kembali menemani kekasihnya, namun seketika ia tersentak kaget ketika melihat kekasihnya sedang duduk di taman kota bersama seorang gadis yang cantik. Hatinya merasa gusar dan gelisah ketika kecurigaannya benar, bahwa gadis itu adalah kekasih kekasih hatinya. Hatinya kembali sakit, ia menangis tersedu, hatinya terasa hancur dan impiannya pun terkoyak.

Sang kupu-kupu sangat sedih tak terperi ketika beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, dan menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yg pernah dimilikinya dahulu dilakukan tanpa dirinya, dan dilakukan kekasihnya oleh wanita lain.

Musim panas tahun ini terasa sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya. Bisikan suara antara kekasihnya dengan wanita itu, suara gelak tawanya, untaian senyum yang terukir di wajah mereka, sudah cukup membuat hembusan napas dirinya kian berat, oleh karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu. Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini adalah kehampaan dalam dirinya.

Musim panas pada tahun ketiga. Sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya. Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu akan segera berakhir dan pada saat hari yg terakhir perjanjiannya, sang pria kekasihnya sedang melangsungkan pernikahan dengan wanitanya. Di pesta itu, telah dipenuhi orang-orang, sanak saudara, dan kerabat. Sang kupu-kupu terbang masuk ke dalam pesta. Ia mendengarkan sang kekasih berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan “Saya bersedia menikah dengannya!” Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sang kupu-kupu.

Dengan pedih hati Tuhan menarik napas “Apakah kamu menyesal?”. Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya dan terdiam. Tuhan lalu berkata disertai seberkas kegembiraan “Besok kamu sudah kembali menjadi manusia”. Sang kupu2 menggelengkan kepalanya dan berkata “Tuhan, biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidupku”. Mungkin pada saat itu Tuhan tersenyum damai dengan jawaban sang kupu-kupu yang ingin menjadi kupu-kupu selamanya. Ia akan dengan bebas menghibur dirinya terbang mengunjungi dan melihat kekasihnya meskipun kekasihnya kini sudah bukan miliknya lagi. Ia berdamai dengan keadaannya yang diputuskan Tuhan untuknya. Seandainya pun ia tetap menjadi manusia, ia mendapatkan begitu banyak pelajaran baru yang berharga dalam hidupya.

Bahwa ada beberapa kehilangan merupakan takdir yang telah ditetapkan Tuhan, mencintai seseorang memang tidak selamanya harus memiliki, tapi pengorbanan yang dilakukan dalam cinta adalah bentuk kesempurnaan cinta itu sendiri. Bagi mereka yang kini sudah terlengkapi hatinya, bersyukurlah atas cinta yang kalian miliki dengan saling menjaga keindahan itu hingga kalian wafat. Jagalah keindahan dan kedamaian itu hingga kalian merasa bahwa Tuhan yang maha baik akan terus memberikan kalian yang terbaik di dalam hidup kalian yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template By:
SkinCorner